Senin, 27 September 2010
Pembicara : Prof. Dr. Ir. Dali Santun Naga, MMSI
Deskripsi :
Bahasa Indonesia yang sekarang kita gunakan sehari - hari ini lahir pada tanggal 28 Oktober 1928 (Sumpah Pemuda). Saat itu Bahasa Indonesia diangkat / diambil dari Bahasa Melayu Riau. Akhirnya 10 tahun kemudian (tahun 1938) diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo untuk memperbaiki kekurangan - kekurangan yang ada pada Bahasa Indonesia. Akan tetapi Kongres Bahasa Indonesia ini tidak dibiayai oleh pemerintah (menggunakan biaya swasembada). Barulah pada tahun 1954 diselenggarakan kembali Kongres Bahasa Indonesia II di Medan yang dibiayai oleh pemerintah. Kongres Bahasa inilah yang telah melahirkan lembaga yang sekarang dikenal sebagai Pusat Bahasa. Pusat Bahasa bertugas untuk membina Bahasa Indonesia dengan bantuan Kongres Bahasa Indonesia yang diselenggarakan 5 tahun sekali.
Berikut ini adalah perkembangan Bahasa Melayu sebelum resmi menjadi Bahasa Indonesia, di antaranya adalah :
1. Bahasa Melayu Purba, terjadi sebelum zaman Sriwijaya.
2. Bahasa Melayu Kuno, pada zaman Sriwijaya abad ke 4 - 14 mulai ada catatan dalam bentuk prasasti.
3. Bahasa Melayu Klasik, pada abad ke - 14 - 18.
4. Bahasa Melayu Peralihan, pada abad ke - 19 yang mulai menulis dalam abjad Latin.
5. Bahasa Melayu Baru pada abad ke - 20.
6. Bahasa Melayu Modern yang terdiri dari Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia.
Bahasa Melayu terdiri dari beragam - ragam, antara lain Melayu Riau Johor, Melayu Betawi, Melayu Cina, Melayu Manado, Melayu Maluku, dan Melayu Balai Pustaka, Pujangga Baru, dan sebagainya. Pada tahun 1908, Belanda membuat perpustakaan yang akhirnya menjadi Balai Pustaka yang buku - bukunya ditulis dengan bahasa Melayu Riau. Bahasa Melayu Kuno digunakan dalam penulisan - penulisan di prasasti - prasasti pada zaman dahulu. Diantaranya adalah Prasasti Kedukan Bukti (Palembang, 16 Juni 682) ; Prasasti Talang Tou (Palembang, 23 Maret 684); Prasasti Kota Kapur (Bangka, 28 Februari 686) dan masih banyak lagi. Bahasa Melayu Kuno ditulis dalam aksara Pallawa dan Dewanagari.
Setelah mengetahui mengenai perkembanagan bahasa, saatnya untuk mengetahui bagaimana perkembangan dari ejaan. Berikut adalah perkembangan ejaan :
1. Tulisan Arab (Jawi) yang sampai sekarang masih digunakan di Brunei dan Malaysia.
2. Tahun 1901, ejaan Van Ophujsen yang memiliki beberap aturan yaitu j untuk y, dj untuk j. tj untuk c, dll. Bahasa Melayu terbagi menjadi 2 yaitu Bahasa Melayu tinggi yang ada di Balai Pustaka dan Bahasa Melayu rendah yang ada di Sin Po.
3. Tahun 1947, ejaan Soewandi (ejaan Republik).
4. Tahun 1972, ejaan yang disempurnakan di mana ejaan ini menyeragamkan ejaan Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura dengan membentuk Majelis Bahasa Brunei, Indonesia, Malaysia (Mabbim).
Dalam menggunakan Bahasa Indonesia kita harus cermat terutama dalam hal bahasa tulisan. Baik dalam hal ejaan yang digunakan, kata - kata, frasa. klausa, kalimat, paragraf, maupun wacana. Karena sering kali terjadi kesalahan / kekeliruan dalam hal pemilihan kata yang digunakan, penyusunan kalimat, peletakan tanda baca. dan masih banyak lagi. Karena itu hendaknya sebelum menulis harus dilengkapi dengan kamus, tata bahasa baku, dan pedoman ejaan dan pembentukan istilah agar tidak keliru dalam menulis.
Komentar :
Topik yang dibahas kali ini sungguh menarik dan memberi banyak tambahan pengetahuan kepada saya pribadi mengenai Bahasa Indonesia. Selain itu juga pembicara yang memang ahli di bidang bahasa ini, membawakan topik ini dengan menarik dan tak lupa selalu memebrikan pengetahuna tentang bahasa yang selama ini belum saya ketahui.
Ternyata sangat menarik bila kita berbicara mengenai sejarah bahasa mulai dari Bahasa Melayu Purba hingga Bahasa Melayu Modern. Pembicara memberikan pengetahuan tambahan kepada saya pribadi dengan menunjukkan perkembangan Bahasa Melayu yang tertulis dalam prasasti - prasasti yang ditemukan. Kemudian saya juga mendapatkan pengetahuan mengenai perkembangan ejaan yang terlihat dari hikayat - hikayat yang ada hingga menjadi ejaan yang disempurnakan.
Dan hal terakhir yang saya dapatkan dari pembahasan ini adalah saya menjadi sadar bahwa ternyata selama ini saya telah melakukan kekeliruan dalam berbahasa tulisan. Banayk hal yang dikira benar ternyata keliru. Contohnya saja mengenai penggunaan huruf kapital. peletakan tanda baca, penulisan kata yang disambung / dipisah, dan masih banyak lagi.
Satu hal yang dapat disimpulkan dari pembahasan ini bahwa ternyata saya sebagai orang Indonesia, ternyata belum sepenuhnya benar salam menggunakan Bahasa Indonesia khususnya dalam hal bahasa tulisan. Jadi pembahasan mengenai topik ini benar - benar bermanfaat bagi saya. Apalagi saya sebagai calon lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi tentunya harus benar - benar memahami bagaimana tata Bahasa Indonesia yang baku dan benar. Karena komunikasi itu sendiri membutuhkan bahasa yang baik dan benar agar dapat berkomunikasi dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar