Kamis, 28 Oktober 2010

Iklan dan Kekerasan Simbolik

Senin, 25 Oktober 2010

Pembicara  :  Endah Murwani sebagai Doktor di bidang Periklanan dan Dosen Fikom Universitas Multimedia Nusantara

Deskripsi  :

Iklan adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita sehari - hari. Di jalan, di sekolah, di kantor, di toilet dan di mana pun kita dapat melihat iklan. Akan tetapi sekarang telah terjadi pergeseran dari fungsi iklan tersebut. Saat ini iklan tidak hanya digunakan untuk menawarkan suatu produk, melainkan berusaha untuk membentuk sistem nilai, gaya hidup maupun selera budaya tertentu. Iklan tidak hanya memvisualisasikan kualitas dan atribut dari suatu produk tetapi juga membuat  bagaimana sifat / ciri produk tersebut memiliki arti sesuatu bagi kita. Dengan kata lain, iklan mencoba mendefinisikan image tertentu ketika orang menggunakan produk tersebut.

Pollan membagi fungsi komunikasi iklan menjadi dua, yaitu fungsi informasional dan fungsi transformational. Dalam fungsi informasional, iklan menginformasikan mengenai karakteristik produk. Sedangkan dalam fungsi transformational, iklan berusaha untuk mengubah sikap -sikap yang dimiliki konsumen terhadap merk, gaya hidup, dan lain - lain.

Beberapa ilmuwan sosial menyumbangkan pemikiran mereka tentang iklan. Menurut Baudrillard iklan adalah bentuk dari sistem tanda yang mengatur makna dari objek / komoditas dan iklan juga dipandang sebagai perangkat ideologis dari kapitalisme konsumen. Menurutnya iklan sebagai wacana yang dikodekan dan melekat pada produk, tidak memiliki hubungan dengan realitas (hyperreal).

Dan lewat kode dalam pesan manusia sadar akan dirinya dan kebutuhan - kebutuhannya. Kode tersebut hirarkis untuk menandakan perbedaan - perbedaan dari status kelas. Sedangkan menurut Barthes iklan juga dilihat sebagai tanda, yang mengatur makna yang ingin disampaikan oleh pembuat iklan. Makan ideologis yang dimiliki iklan dibuat senetral mungkin, proses signifikansi (pembuatan tanda) disebut Barthes sebgai myth / mitos. Menurutnya tanda masih bisa merepresentasikan realitas (signifikansi tingkat pertama / denotasi) sedangkan pada signifikansi tingkat 2 (konotasi) tanda bisa merepresentasikan sesuatu yang hanya bisa dipahami lewat situasi kultural / sosial yang sama. Sementara sebagai sebuah myth, tanda dalam iklan dianggap merepresentasikan pesan ideologis si pembuat iklan (kelas borjuis). Menurutnya iklan memiliki berbagai warna sesuai dengan tingkat signifikansi yang dilakukan oleh khalayak.

Menurut Bourdieu, seluruh tindakan pedagogis baik di rumah, sekolah, media dan lain - lain memiliki muatan kekerasan simbolik selama pelaku punya kuasa dalam menentukan sistem nilai atas pelaku lainnya. Diasumsikan bahwa media dan iklan merupakan saran untuk melakukan tindakan pedagogis dari kelas / kelompok sosial tertentu. Iklan menjadi mesin kekerasan simbolik yang bisa menciptakan sistem kategorisasi, klasifikasi, dan definisi sosial tertentu sesuai dengan kepentingan kelas / kelompok dominan. Image - image simbolik yang diproduksi iklan seperti kebahagiaan, kecantikan, gaya hidup modern merupakan sistem nilai yang dimiliki kelas / kelompok dominan yang ditanamkan pada suatu kelompok masyarakat. Dengan kata lain selera kita, pengetahuan kita terpengaruh oleh media dan iklan.


Komentar  :

Pembahasan mengenai kekerasan simbolik di dalam iklan ini sangat menarik. Karena membuka wawasan saya pribadi lebih dalam mengenai makna dari sebuah iklan. Bahwa ternyata saat ini iklan tidak hanya berfungsi untuk menjual sebuah produk tetapi juga berupaya untuk menciptakan image tertentu tentang sesuatu. Hingga akhirnya kita sebagai konsumen menjadi terpengaruh oleh image dari produk tersebut. Sebagai contohnya adalah iklan salah satu produk pelembab wajah bagi wanita yang membentuk image bahwa perempuan cantik adalah yang memiliki kulit putih, tapi bukan sekedar putih melainkan putih merona, putih bersinar atau bahkan putih secantik mutiara. Dari contoh tersebut dapat terlihat bahwa saat ini, iklan sudah menjadi mesin kekerasan simbolik yang digunakan oleh kelas / kelompok tertentu untuk mempengaruhi kelompok masyarakat tertentu.

Akan tetapi meskipun begitu, kekerasan simbolik yang terkandung di dalam sebuah iklan dianggap wajar oleh kebanyakan orang karena sadar atau tidak masyarakat sudah terpengaruh dengan image yang ditampilkan dalam iklan. Kebiasaan, pola pikir kita, dan gaya hidup kita saat ini sudah terpengaruh oleh media dan iklan. Sadar atau tidak kita sudah berubah menjadi seperti apa yang diinginkan oleh iklan tersebut.





Kamis, 07 Oktober 2010

Simbol dan Arsitektur bagian II

Selasa, 5 Oktober 2010

Pembicara : Bpk. Eduard Tjahjadi

Karya - karya arsitektur sering digunakan sebagai simbol kekuasaan ( politik, ekonomi ), simbol demokrasi, simbol kemajuan teknologi, dan simbol sustainability approach. Di bawah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai karya arsitektur sebagai simbol.

Karya - karya arsitektur digunakan sebagai simbol kekuasaan politik dan ekonomi karena ingin menunjukkan kekuatan ekonomi yang ada di negara / kota / daerah tersebut. Hal tersebut ditunjukkan dengan membangun gedung - gedung tinggi dengan arsitektur yang unik. Beberapa contohnya adalah gedung - gedung tinggi yang ada di Shanghai, Frankfurt, dan Dubai yang berusaha menjadi pusat dari tujuan wisata dunia. Salah satu cara menarik perhatian wisatawan untuk datang adalah dengan membuat bangunan - bangunan yang memiliki arsitektur unik dan menonjol, seperti Sowwah Square, Dubai Opera House, Diamond Ring Hotel, dan Capital Gate. Semuanya itu dibangun hanya untuk menunjukkan bahwa Dubai merupakan pusat ekonomi yang kuat.

Sowwah Square, Dubai





Dubai Opera House, Dubai



Selanjutnya karya - karya arsitektur digunakan sebagai simbol demokrasi untuk menunjukkan adanya keterbukaan di negara - negara tersebut. Sebagai contohnya adalah National Mall di Washington DC. National Mall merupakan area terbuka untuk umum / taman yang berada di tengah antara Gedung Perlemen dan Patung Abraham Lincoln. Di antara National Mall  dan Patung Abraham Lincoln teradapat juga Washington Monument hal tersebut ingin menunjukkan bahwa adanya keterbukaan.

National Mall, Washington DC


Berikutnya karya arsitektur sebagai simbol kemajuan teknologi di mana karya - karya arsitektur juga mengikuti kemajuan teknologi yang ada. Contohnya adalah Menara Eiffel di Paris yang dibangun pada tahun 1887 - 1989 yang awalnya berfungsi sebagai pintu gerbang dalam Exposition Universelle ( pameran dunia yang merayakan seabad revolusi Perancis ) Tahun 1909, Menara Eiffel direncanakan untuk dibongkar, akan tetapi niat tersebut diurungkan. Karena Menara Eiffel yang dibangun dengan menggunakan besi ringan ini banyak menarik perhatian orang untuk berkunjung ke sana dan merupakan simbol kemajuan teknologi dari segi pemilihan bahan dasar bangunan.

Eiffel Tower, Paris

Yang terakhir karya arsitektur sebagai simbol sustainability approach. Di mana karya arsitektur dibuat dengan menggunakan bahan - bahan yang ramah lingkungan, dari alam dan dapat diperbaharui kembali. Hal ini merupakan fenomena yang marak terjadi belakangan ini, bahkan hal ini diangkat dalam Expo 2010 di China.

Komentar :

Pembahasan mengenai arsitektur sebagai simbol kekuasaan ( politik & ekonomi ), simbol demokrasi, simbol kemajuan teknologi, dan simbol sustainability approach ini memberikan banyak pengetahuan kepada saya pribadi. Pembicara membuka mata saya untuk melihat lebih dalam mengenai arsitektur yang dibangun dengan tujuan tertentu.

Bahwa ternyata setiap karya arsitektur yang dibangun mempunyai makna - makna filosofis, tentunya pengetahuan seperti ini amat berguna bagi kita semua agar menambah wawasan dan pengalaman sehingga kita semua lebih peka terhadap dunia arsitektur.

Minggu, 03 Oktober 2010

Simbol dan Arsitektur

Selasa, 28 September 2010

Pembicara : Bpk. Eduard Tjahjadi

Deskripsi :

Secara etimologis, kata symbol berasal dari bahasa latin ( symbolum, symbolon ) yang berarti objek, gambar, tulisan, suara, atau tanda tertentu yang mewakili sesuatu yang lain oleh asosiasi, kemiripan, atau konvensi. Simbol merupakan alat untuk mengekspresikan sesuatu yang mencerminkan intelektualitas, emosi, dan spirit.

Sedangkan arsitektur adalah seni dan ilmu merancang bangunan atau struktur fisik lain. Arsitektur terbagi menjadi dua yaitu level mikro dan makro. Level mikro mencakup bangunan , kompleks sedangkan level makro mencakup kotak.

Karya - karya arsitektur sering dianggap sebagai karya seni, simbol politik, dan budaya. Contohnya saja Candi Borobudur, Candi Prambanan, Piramid, Colloseum, dan masih banyak lagi. Karya - karya arsitektur bukan hanya sebatas fungsi saja tetapi juga berperan sebagai tanda komunikasi.

Arsitektur di suatu tempat berbeda dengan yang ada di tempat lain. Karena arsitektur adalah gabungan dari kebutuhan akan sesuatu ( baik kebutuhan akan bangunan, tempat tinggal, dll ) dan cara ( bahan bangunan, teknologi, dan keterampilan yang tersedia ).

Forbiden City Hierarki



Forbiden City Palace

Contoh dari karya - karya arsitektur adalah The Forbiden City ( kota terlarang )  yang pada awalnya dibangun dengan filosofi - filosofi tertentu. Di mana menunjukkan hierarki / tingkatan dari yang paling rendah menuju yang paling tinggi yaitu kemuliaan Tuhan. Hal tersebut terlihat dari susunan bangunan yang ada di kota terlarang di mulai dari pintu masuk. Contoh lainnya adalah Keraton Yogyakarta yang berada sejajar / segaris lurus dengan diapit oleh Gunung Merapi dan Samudera Indonesia ( laut selatan ). Tentunya pembangunan Keraton Yogyakarta tersebut memiliki maksud tertentu di mana Keraton tersebut diapit oleh dua kerajaan "Alam" yang dianggap berkuasa.

Interior Keraton Yogyakarta

Eksterior Keraton Yogyakarta

Komentar :

Pembahasan topik kali ini sungguh menarik dan memberikan pengetahuan tambahan kepada saya pribadi khususnya mengenai arsitektur. Karena saya sebagai calon lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi tentunya harus memiliki pengetahuan luas tak terkecuali dengan hal - hal yang berhubung dengan arsitektur.

Pembicara, yang memang kompeten di bidang arsitektur ini membagikan pengetahuan yang sangat baik bahwa ternyata karya - karya arsitektur pada zaman dahulu itu tidak sembarangan dibangun. Tetapi memiliki maksud / tujuan filosofis dibalik itu semua meskipun pada akhirnya sekarang karya - karya arsitektur tersebut menjadi simbol karya seni seperti Piramid, The Forbidden City, Colloseum, Monas, Candi Borobudur, dan masih banyak lagi.

Dari pembahasan topik kali ini, pembicara mengajak kita semua untuk berpikir kritis mengenai karya - karya arsitektur. Seperti kenapa Keraton Yogyakarta berada di antara Gunung Merapi & Laut Selatan, apa makna dibalik penyusunan bangunan - bangunan yang asa di The Forbidden City ( kota terlarang ) dan masih banyak lagi.

Pembicara juga menyajikan topik ini dengan sangat menarik dan mudah dimengerti sehingga membuat kita tidak cepat jenuh dan selalu ingin tahu lebih banyak.

Sabtu, 02 Oktober 2010

Filsafat Bahasa

Senin, 27 September 2010

Pembicara : Prof. Dr. Ir. Dali Santun Naga, MMSI

Deskripsi :
Bahasa Indonesia yang sekarang kita gunakan sehari - hari ini lahir pada tanggal 28 Oktober 1928 (Sumpah Pemuda). Saat itu Bahasa Indonesia diangkat / diambil dari Bahasa Melayu Riau. Akhirnya 10 tahun kemudian (tahun 1938) diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo untuk memperbaiki kekurangan - kekurangan yang ada pada Bahasa Indonesia. Akan tetapi Kongres Bahasa Indonesia ini tidak dibiayai oleh pemerintah (menggunakan biaya swasembada). Barulah pada tahun 1954 diselenggarakan kembali Kongres Bahasa Indonesia II di Medan yang dibiayai oleh pemerintah. Kongres Bahasa inilah yang telah melahirkan lembaga yang sekarang dikenal sebagai Pusat Bahasa. Pusat Bahasa bertugas untuk membina Bahasa Indonesia dengan bantuan Kongres Bahasa Indonesia yang diselenggarakan 5 tahun sekali.

Berikut ini adalah perkembangan Bahasa Melayu sebelum resmi menjadi Bahasa Indonesia, di antaranya adalah :
1. Bahasa Melayu Purba, terjadi sebelum zaman Sriwijaya.
2. Bahasa Melayu Kuno, pada zaman Sriwijaya abad ke 4 - 14 mulai ada catatan dalam bentuk prasasti.
3. Bahasa Melayu Klasik, pada abad ke - 14 - 18.
4. Bahasa Melayu Peralihan, pada abad ke - 19 yang mulai menulis dalam abjad Latin.
5. Bahasa Melayu Baru pada abad ke - 20.
6. Bahasa Melayu Modern yang terdiri dari Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia.

Bahasa Melayu terdiri dari beragam - ragam, antara lain Melayu Riau Johor, Melayu Betawi, Melayu Cina, Melayu Manado, Melayu Maluku, dan Melayu Balai Pustaka, Pujangga Baru, dan sebagainya. Pada tahun 1908, Belanda membuat perpustakaan yang akhirnya menjadi Balai Pustaka yang buku - bukunya ditulis dengan bahasa Melayu Riau. Bahasa Melayu Kuno digunakan dalam penulisan - penulisan di prasasti - prasasti pada zaman dahulu. Diantaranya adalah Prasasti Kedukan Bukti (Palembang, 16 Juni 682) ; Prasasti Talang Tou (Palembang, 23 Maret 684); Prasasti Kota Kapur (Bangka, 28 Februari 686) dan masih banyak lagi. Bahasa Melayu Kuno ditulis dalam aksara Pallawa dan Dewanagari.

Setelah mengetahui mengenai perkembanagan bahasa, saatnya untuk mengetahui bagaimana perkembangan dari ejaan. Berikut adalah perkembangan ejaan :
1. Tulisan Arab (Jawi) yang sampai sekarang masih digunakan di Brunei dan Malaysia.
2. Tahun 1901, ejaan Van Ophujsen yang memiliki beberap aturan yaitu j untuk y, dj untuk j. tj untuk c, dll. Bahasa Melayu terbagi menjadi 2 yaitu Bahasa Melayu tinggi yang ada di Balai Pustaka dan Bahasa Melayu rendah yang ada di Sin Po.
3. Tahun 1947, ejaan Soewandi (ejaan Republik).
4. Tahun 1972, ejaan yang disempurnakan di mana ejaan ini menyeragamkan ejaan Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura dengan membentuk Majelis Bahasa Brunei, Indonesia, Malaysia (Mabbim).

Dalam menggunakan Bahasa Indonesia kita harus cermat terutama dalam hal bahasa tulisan. Baik dalam hal ejaan yang digunakan, kata - kata, frasa. klausa, kalimat, paragraf, maupun wacana. Karena sering kali terjadi kesalahan / kekeliruan dalam hal pemilihan kata yang digunakan, penyusunan kalimat, peletakan tanda baca. dan masih banyak lagi. Karena itu hendaknya sebelum menulis harus dilengkapi dengan kamus, tata bahasa baku, dan pedoman ejaan dan pembentukan istilah agar tidak keliru dalam menulis.

Komentar :
Topik yang dibahas kali ini sungguh menarik dan memberi banyak tambahan pengetahuan kepada saya pribadi mengenai Bahasa Indonesia. Selain itu juga pembicara yang memang ahli di bidang bahasa ini, membawakan topik ini dengan menarik dan tak lupa selalu memebrikan pengetahuna tentang bahasa yang selama ini belum saya ketahui.

Ternyata sangat menarik bila kita berbicara mengenai sejarah bahasa mulai dari Bahasa Melayu Purba hingga Bahasa Melayu Modern. Pembicara memberikan pengetahuan tambahan kepada saya pribadi dengan menunjukkan perkembangan Bahasa Melayu yang tertulis dalam prasasti - prasasti yang ditemukan. Kemudian saya juga mendapatkan pengetahuan mengenai perkembangan ejaan yang terlihat dari hikayat - hikayat yang ada hingga menjadi ejaan yang disempurnakan.

Dan hal terakhir yang saya dapatkan dari pembahasan ini adalah saya menjadi sadar bahwa ternyata selama ini saya telah melakukan kekeliruan dalam berbahasa tulisan. Banayk hal yang dikira benar ternyata keliru. Contohnya saja mengenai penggunaan huruf kapital. peletakan tanda baca, penulisan kata yang disambung / dipisah, dan masih banyak lagi.

Satu hal yang dapat disimpulkan dari pembahasan ini bahwa ternyata saya sebagai orang Indonesia, ternyata belum sepenuhnya benar salam menggunakan Bahasa Indonesia khususnya dalam hal bahasa tulisan. Jadi pembahasan mengenai topik ini benar - benar bermanfaat bagi saya. Apalagi saya sebagai calon lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi tentunya harus benar - benar memahami bagaimana tata Bahasa Indonesia yang baku dan benar. Karena komunikasi itu sendiri membutuhkan bahasa yang baik dan benar agar dapat berkomunikasi dengan baik.