Selasa, 31 Agustus 2010
Pembicara : A. Junaidi sebagai Dosen Fikom UNTAR dan Wartawan The Jakarta Post.
Deskripsi :
Apa itu Gender? Gender bukanlah merupakan perbedaan laki - laki dan perempuan yang ditentukan dengan ciri fisik, karena yang membedakan laki - laki dan perempuan secara fisik dinamakan sex. Di mana perbedaan tersebut berdasarkan ciri - ciri fisik yakni perempuan memiliki payudara sedangkan laki - laki tidak.
Gender sendiri adalah perbedaan antara laki - laki dan perempuan berdasarkan konstruksi sosial yang dibentuk dalam pemikiran kita, seperti laki - laki berpikir menggunakan logika sedangkan perempuan menggunakan perasaan; laki - laki itu tegas sedangkan perempuan lembut.
Pandangan mengenai gender tersebut juga tercermin dalam pemberitaan di media massa. Seperti bila ada pemberitaan bahwa seorang laki - laki memiliki banyak pacar maka cenderung disebut hebat, sedangkan perempuan bila bergonta - ganti pacar atau memiliki banyak pacar maka cenderung disebut " nakal ". Media massa cenderung tidak menyamaratakan antara kedudukan laki - laki dan perempuan. Bahasa - bahasa jurnalisme yang digunakan media massa pun masih mencerminkan budaya patriarki. Di mana perempuan dianggap berada di bawah laki - laki, padahal banyak perempuan yang juga berprestasi. Selain itu, penggambaran perempuan di media massa juga masih mencerminkan stereotipe tertentu, seperti perempuan yang baik adalah perempuan yang dapat membagi waktu antara karir dan keluarga, ibu rumah tangga yang baik mampu mendorong suami hingga sukses sedangkan perempuan lajang dan janda hampir selalu mendapatkan penggambaran buruk dalam media.
Faktor - faktor internal yang menyebabkan terjadinya hal yang dijelaskan diatas juga dipengaruhi oleh minimnya jumlah jurnalis perempuan dibandingkan laki - laki, sehingga yang tertuang di media terpengaruh oleh pemikiran laki - laki. Selain itu rendahnya perspektif mengenai gender juga turut berperan di mana tidak semua jurnalis perempuan pun menyadari bahwa gender mereka direndahkan. Faktor lainnya adalah pemilik media / pemodal karena persaingan, mereka merasa perlu untuk mengeksploitasi perempuan supaya usaha media mereka laku di pasaran.
Sedangkan faktor eksternal adalah pengiklan, iklan selalu menggambarkan perempuan yang cantik adalah yang berkulit putih, bertubuh langsing, dan berambut panjang. Padahal itu semua hasil pemikiran si pembuat iklan guna membentuk pasar.
Komentar :
Menarik sekali bila membahas mengenai kesetaraan gender dalam pemberitaan di media massa. Bahwa ternyata bila dicermati lebih teliti, media massa masih cenderung tidak adil terhadap perempuan. Mungkin selama ini kaum perempuan belum menyadari keadaaan tersebut. Pemberitaan di media cenderung menampilkan bahwa laki - laki lebih hebat, dominan, dan berprestasi dibanding perempuan. Padahal pada kehidupan nyata banyak juga perempuan yang hebat dan berprestasi. Selain itu banyak media mengksploitasi perempuan karena menganggap perempuan sebagai objek, sebagai contoh beberapa media mengeksploitasi sensualitas dengan perempuan sebagai objek seperti yang terdapat pada majalah dewasa.
Hal - hal diatas memang tak terlepas dari pengaruh pemilik media dan pengiklan, akan tetapi menurut saya seharusnya media yang sehat dapat bersikap lebih adil dan netral dalam pemberitaan mengenai perempuan. Cobalah untuk memberitakan sesuatu juga dari sudut pandang perempuan bukan dari sudut pandang laki - laki semata terhadap perempuan. Karena media massa sendiri punya andil yang sangat penting dalam pembentukan opini publik. Meskipun memang di Indonesia masih lekat dengan budaya patriarki dengan pandangan laki - laki berada di atas perempuan dan lebih dominan.
Pembahasan mengenai Media dan Kesetaraan Gender ini hendaknya dapat membuka mata perempuan bahwa selama ini kaum perempuan " seolah - olah " dianggap / dipandang rendah / sebelah mata sebenarnya berpotensi besar untuk maju dan semua ini dapat menjadi motivasi bagi perempuan untuk terus berprestasi. Sehingga bukan tidak mungkin suatu saat nanti tercipta kesetaraan gender antara laki - laki dan perempuan dalam pemberitaan media massa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar